Gegap gempita para pendukung Tim Garuda Indonesia terdengar hingga ke pelosok negeri. Banjir warna merah akan melanda Stadion Gelora Bung Karno sore ini, Kamis, 28 Juli 2011, dengan menu utama Pertandingan antara Indonesia dengan Turkmenistan dalam Laga Kualifikasi Piala Dunia 2014. Banyak pihak mengharapkan Tim Garuda dapat mengulang, atau bahkan meningkatkan prestasi tim-tim seniornya di ajang paling bergengsi tersebut. Akankan Tim Garuda mampu mengulang kejayaan sepakbola Indonesia?
Selama ini, dunia mengenal sepakbola Indonesia sebagai tim Asia pertama yang lolos ke Piala Dunia, tepatnya di Prancis 1938. Kala itu, Indonesia mengenal olahraga sepakbola melalui Kaum Kolonialist, Belanda. Di bawah bendera Dutch East Indies (Hindia Belanda), timnas ditaklukkan 6-0 di babak pertama sistem gugur oleh Hongaria, tim yang akhirnya keluar sebagai runner-up. Namun setelah itu, Indonesia hanya sekali menembus babak akhir Olimpiade.
Di Melbourne 1956, Tim Indonesia sempat menahan imbang Uni Soviet tanpa gol, sebelum kalah 4-0 pada pertandingan ulang. Di tingkat Asia Tenggara, timnas belum pernah mencicipi gelar juara dalam Piala AFF (dulu dikenal dengan Piala Tiger). Sedangkan di ASEAN Games, Indonesia hanya pernah meraih medali emas dua kali, pada 1987 dan 1991.
Dunia persepakbolaan Indonesia telah lama menjadi perbincangan umum mengingat dari segi potensi, dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa, tentunya mencari bibit-bibit unggul pemain sepakbola bukan hal yang sulit. Namun demikian, hingga saat inipun, Tim Sepakbola Indonesia belum mampu berkiprah dengan baik seperti tim-tim nasional negara ASEAN lainnya, khususnya Thailand.
Dari fenomena tersebut, banyak muncul spekulasi bahwa ketidakberhasilan membentuk tim nasional yang handal dan profesional banyak disebabkan oleh faktor internal, khususnya pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia/ PSSI. Spekulasi ini sedikit terbantahkan mengingat dari beberapa pergantian pengurus, prestasi sepakbola Indonesia tidak juga meningkat.
Mengapa dunia sepakbola di Indonesia sedemikian sulit berkembang padahal hampir di setiap desa di seluruh Indonesia memiliki lapangan sepakbola yang siap menampung bakat para pemuda di negeri ini? Mari kita tunggu dan terus kita tunggu dengan penuh optimisme. Garuda tetap di dada kita bukan?
0 comments:
Post a Comment